Gue baru aja nonton video dari VICE Indonesia yang berjudul,
dan setelah nonton, gue jadi pengen curhat pandangan-pandangan gue tentang poligami—apalagi setelah denger pernyataan-pernyataan dari video ini.
Sebelumnya, gue berterima kasih banget sama VICE yang udah bantu gue (sedikit) memahami poligami dari sudut pandang si pelaku sendiri.
Dari awal video ini, gue udah terkejut karena baru pertama kalinya gue tau ada konferensi khusus poligami. Jadi, orang-orang yang dateng ke sana adalah orang-orang yang mau cari istri kedua, ketiga, dst. Ada seorang ibu yang bilang motivasinya datang adalah untuk nyari istri baru buat suaminya, ada juga yang bilang biar anak-anaknya terbiasa kalau ayahnya poligami, ada seorang bapak yang bilang dia bermimpi punya empat istri karena Tuhan menyukai pria dengan istri banyak, dan yang paling aneh, ada seorang bapak yang bilang kalau program KB itu buatan kafir biar kaum Muslim makin sedikit, makanya dia berpoligami untuk memperbanyak umat Islam.
Gue terkejut, gue gak abis pikir. Ternyata masih ada orang yang berpikir seperti ini—pemikiran yang jauh berseberangan dengan gue—dan mereka banyak.
Selanjutnya, VICE ngikutin kehidupan seorang bapak, yang juga otak di balik konferensi itu, bernama Riski. Riski ini sekarang sudah beristri dua, dia juga pengelola website untuk membantu orang-orang yang mau berpoligami (maupoligami.com).
Yang terus-menerus menggelitik pikiran gue tuh, kok ada ya perempuan yang mau dan rela dipoligami? Padahal dia sendiri tau kalo bakal ada rasa cemburu. Istrinya sendiri bilang, kalo memang fitrahnya perempuan untuk merasakan cemburu. Padahal semua orang pun fitrahnya merasakan cemburu, mau perempuan atau laki-laki. Tapi dengan dia bilang ini, seakan-akan perempuan terlalu cemburuan. Padahal mah banyak juga laki-laki yang cemburunya gak kalah dari perempuan.
"Kalo fitrahnya perempuan itu kan, memang, Allah tetapkan rasa cemburu bagi wanita."
Oke lah kalau emang dia rela menyakiti diri sendiri demi dapet pahala, tapi apa gak mikir gimana perasaan anak-anaknya? Apa orang tuanya gak peduli gimana perasaan anaknya saat mendengar tangis ibunya karena suaminya ada di rumah perempuan lain? Apa orang tuanya gak peduli gimana perasaan anaknya saat ayahnya gak ada di rumah dan tahu kalau ayahnya lagi ngurus keluarga lain? Anak-anaknya yang lain?
Istri keduanya pun sama saja. Dia hanya lulusan sekolah menengah atas dan menikah karena disarankan oleh ayahnya atas dasar kondisi ekonomi keluarga yang kurang beruntung. Semudah itukah memutuskan untuk menikah? Hanya karena disuruh orang tua dan berharap kondisi ekonominya membaik dengan menikah?
Benar, sih. Pada akhirnya perempuan itu—bersama orang tuanya—diberi rumah dan kebutuhan sehari-harinya terpenuhi setelah menikah dengan Riski. Tapi, apa menikah hanya sebatas pemenuhan nilai material dan nilai vital? Bagaimana dia mengatasi emosinya saat sedang hamil sedangkan suaminya tidak ada bersamanya setiap saat? Bagaimana nanti dia mengurus anaknya sedangkan suaminya terkadang berada di rumah lain bersama keluarga lain? Gue pikir Riski ini cukup pintar untuk bisa berdalih tentang poligami. Nyatanya, Riski ini kayaknya kurang peka dengan nilai kerohanian seorang istri—yang juga manusia—pascamenikah sampai mereka berpisah.
Gue kecewa. Sepanjang video, dari setiap jawaban yang gue dengar, rata-rata ngomongin nafsu, nafsu, dan nafsu. Padahal setahu gue, Rasul dulu berpoligami karena niatnya membantu janda yang ditinggal suaminya yang meninggal saat perang bersama Rasul. Tapi, di video ini, seakan-akan tujuan poligami ya cuma buat nyalurin nafsu. Lagipula kalau emang mau bantu mah, kenapa gak nikahin aja janda-janda yang tinggal di kolong jembatan dan bersebelahan dengan tumpukan sampah? Pantes aja suaminya butuh waktu bertahun-tahun untuk meyakinkan istrinya biar dia diizinkan berpoligami. Mbok ya fokusnya nyalurin nafsu, sih.
"Menyalurkan nafsu kepada istrinya menjadi ibadah. Yang asalnya cuma satu ibadah di satu titik, jadi dua ibadah di dua titik."Riski juga bilang, banyaknya perselingkuhan dan lelaki yang jajan adalah bukti kalau dorongan-dorongan seperti itu memang gak bisa ditiadakan dari diri laki-laki. Dan poligami? Poligami adalah jalan keluar yang diberikan oleh Islam. Tuh kan, lagi-lagi tentang menyalurkan nafsu.
Saking banyaknya pernyataan-pernyataan yang diulang-ulang, akhirnya Tim VICE menanyai Riski apa ada intervensi darinya atas jawaban-jawaban istrinya karena jawaban-jawaban mereka seperti sudah direncanakan setiap kalimatnya. Dan ternyata memang benar, Riski bilang kalau memang itu tugas seorang suami untuk membentuk istrinya
"Tergantung, kita mau meng-install apa di kepala istri kita."Dengan pernyataan ini, Riski seperti sama aja bilang kalau istri adalah sesuatu yang gak lebih dari benda. Seorang suami bebas mau membuat istrinya seperti apa, mau membuat istrinya berpikir seperti apa, seakan-akan istri sama aja seperti robot yang suka-suka dia mau dipasang chip yang seperti apa. Kalau ini benar-benar terjadi, apa istri masih bebas untuk menyuarakan pikirannya? Untuk bebas speak of herself? Gue ragu.
Namun, ada satu perkataan Riski yang bikin gue mikir lagi tentang poligami,
"Sementara selingkuh, adanya prostitusi, adanya lokalisasi, kenapa tidak dianggap—kaum feminis misalnya yang mengelu-elukan—itu adalah bentuk penindasan dan perendahan terhadap harkat, derajat, martabat perempuan? Mereka mengatakan bahwa ini sebagai bentuk kebebasan. Kenapa kata kebebasan itu tidak diterapkan juga pada pelaku poligami? Ini kan sesuatu yang tidak adil."Ya intinya mah ya, maksudnya, suaminya mau poligami, istrinya ngebolehin, kenapa kita ngelarang? Toh, kedua belah pihak sudah sama-sama setuju dan gak masalah. Mereka juga berhak menentukan di luar intervensi orang lain kan?
Tapi tetep aja sih, menurut gue, laki-laki yang poligami gak jauh beda dengan laki-laki yang selingkuh dan suka jajan. Malah kayaknya lebih parah, mereka berusaha cari cara halal untuk berdalih biar mereka diizinkan berpoligami sama istri maupun calon istrinya. Lagipula kan poligami sunnah, kenapa gak lakuin sunnah yang lain aja dulu?
xxxThinkingTyperxxx
0 comments:
Post a Comment