Tuhan, jangan bangunkan aku dari mimpi dulu ya.
"Ini... beneran?" Kaluna terus bertanya-tanya di dalam hati.
Hari ini keputusan diumumkan, usaha terbayarkan, hidup dirayakan. Belakangan, hidup Kaluna terus meluncur di atas perosotan yang berhenti entah kapan. Namun, hari ini, Tuhan membawa Kaluna terbang tinggi. Kaluna memasuki dunia mimpi yang membuatnya terus bertanya apakah dunia itu benar atau tipuan. Jika memang mimpi, Kaluna meminta Tuhan untuk jangan dulu membangunkannya.
Betapa ia terkagum bahwa Tuhan pada akhirnya menjawab doanya. Pikirannya terus berputar ke masa lalu, masa di mana kehidupan ini hanyalah mimpi belaka. Ia teringat bagaimana temannya pernah berkata, "Gak usah diganti uangnya, gantinya pake kabar baik aja," atau, "Good luck, semoga lolos." Bagaimana tahun sebelumnya dipenuhi tangis, bagaimana rumahnya dipenuhi nyeri. Bagaimana pijakan kakinya selalu diiringi harap dan bagaimana setiap sujudnya selalu diiringi doa. Selama itu ia pikir harapan dan doanya akan kabur entah kemana, mungkin bersatu dengan polusi Jakarta atau tertiup angin dan tidak sampai di tangan Tuhan. Namun ternyata Kaluna salah, Tuhan selalu mendengar apa pinta umatnya.
Kaluna masih tidak percaya dengan realita di hadapannya. Tuhan telah memberinya hadiah, namun sepertinya butuh waktu baginya untuk terbiasa. Bibirnya masih terasa aneh untuk mengucapkannya, hatinya masih terasa janggal untuk menerimanya, dan pikirannya masih melayang untuk mengakuinya. Ini bukan mimpi, namun ini telah menjadi mimpinya untuk beberapa tahun. Pantas jika dia butuh waktu untuk tak lagi menganggap mimpi itu sekadar mimpi.
"Tuhan, jangan bangunkan aku dari mimpi dulu ya," ucapnya dalam hati.
Kaluna, dengan kenaifannya, menatap langit-langit dan menolak untuk tidur. Ia takut jika nanti ini benar-benar mimpi.
xxxThinkingTyperxxx
